Showing posts with label Kuliah. Show all posts
Showing posts with label Kuliah. Show all posts

Monday, April 16, 2012

Manfaat Kelompok Bagi Organisasi


Banyak manfaat yang dapat dipetik dari adanya kelompok baik di dalam maupun di luar satuan organisasi, antara lain:
1.         Kelompok merupakan alat perjuangan bagi anggotanya.
2.         Kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan inovasi dan kreativitas.
3.         Kelompok  lebih baik dari pada perorangan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut orang banyak.
4.         Anggota kelompok dapat memperoleh keuntungan dari pelaksanaan pengambilan keputusan.
5.         Kelompok dapat megendalikan dan mendisiplinkan anggotanya di banding dengan mereka yang tidak masuk ke dalam kelompok.
6.         Kelompok membantu menangkis pengaruh-pengaruh negatif dari meningkatnya organisasi yang semakin besar.
7.         Kelompok adalah fenomena alami di dalam organisasi. perkembangannya yang spontan tidak dan dapat di halangi, dan di butuhkan oleh para anggota sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Sunday, April 15, 2012

Faktor-Faktor yang Dapat Menurunkan Tingkat Kohesivitas


Selain faktor-faktor yang dapat meningkatkan kohesivitas, pasti ada juga faktor yang dapat menurunkan  kohesivitas itu sendiri, seperti adanya ketidaksamaan tentang tujuan, besarnya anggota kelompok, pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok, persaingan intern antaranggota kelompok, dan dominasi.
13.1.    Ketidaksamaan Tentang Tujuan
Sudah jelas sekali bahwa jika terdapat perbedaan tujuan para anggota kelompok maka akan terjadi konflik. Bila konflik yang terjadi tidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan adanya penurunan tingkat kohesivitas.

13.2.    Besarnya Anggota Kelompok
Sejalan dengan bertambah besarnya kelompok, maka frekuensi interaksi di antara anggota kelompok akan menurun dengan demikian dapat menurunkan tingkat kohesivitas.

13.3.    Pengalaman yang Tidak Menyenangkan dengan Kelompok
Ketika anggota kelompok tidak menarik antara satu sama lainnya, atau kurangnya kepercayaan di antara mereka atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dapat menurunkan adanya tingkat kepaduan.

13.4.    Persaingan Intern Antaranggota Kelompok
Jika terjadi persaingan intern anggota kelompok akan menyebabkan persaingan dan permusuhan dan mendorong adanya perpecahan di antara anggota kelompok.

13.5.    Dominasi
Jika satu atau lebih anggota kelompok mendominasi kelompok, atau karena sifat kepribadian tertentu yang cenderung tidak senang berinteraksi dengan anggota kelompok, maka kepaduan/kohesivitas tidak akan berkembang. Perilaku seperti ini dapat menimbulkan adanya klik-klik dalam kelompok yang dapat menurunkan tingkat kepaduan.

Saturday, April 14, 2012

Faktor-faktor yang Dapat Meningkatkan Kohesivitas/Kepaduan


Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kohesivitas dari anggota kelompok. Faktor-faktor tersebut antara lain seperti adanya kesamaan nilai dan tujuan, keberhasilan dalam mencapai tujuan, status kelompok, penyelesaian perbedaan, kecocokan terhadap norma-norma, daya tarik pribadi, persaingan antar kelompok, pengakuan dan penghargaan.
12.1.  Kesamaan Nilai dan Tujuan
            Adanya kesamaan karakteristik dari anggota suatu kelompok memiliki pengaruh yang kuat bagi terbentuknya kelompok dan kohesivitas kelompok itu sendiri.
12.2.  Keberhasilan Dalam Mencapai Tujuan
            Kelompok yang kohesif dicirikan oleh keberhasilannya dalam mencapai tujuan. Keberhasilan dalam mencapai tujuan yang penting dapat meningkatkan kesatuan kelompok, kepuasan anggota kelompok, dan membuat kelompok menjadi lebih menarik bagi anggotanya.
12.3.  Status Kelompok
            Kelompok yang memiliki status atau kedudukan yang lebih tinggi lebih menarik bagi anggota kelompoknya. Baik keberhasilan dalam mencapai tujuan maupun status yang tinggi dapat menimbulkan adanya rasa kebanggaan dan kepuasan di kalangan anggota kelompoknya.
12.4.  Penyelesaian Perbedaan
            Kohesivitas dari suatu kelompok tergantung pada kemampuannya untuk tetap menjaga adanya suatu interaksi yang efektif di antara para anggota. Jika terjadi perbedaan tentang suatu masalah penting yang terjadi dalam kelompok, maka diperlukan penyelesaian yang dapat memuaskan semua anggota. Perbedaan yang tidak terpecahkan, atau penyelesaian yang hanya memuaskan beberapa orang anggota saja akan mmenurunkan tingkat kohesivitas dari anggota kelompok dan dapat mengganggu pencapaian tujuan.
12.5.  Kecocokan Terhadap Norma-Norma
            Kecocokan terhadap norma-norma yang dianut oleh kelompok menyebabkan aggotanya lebih kohesif dengan beberapa alasan. Pertama, norma diterima sebagai alat untuk melindungi dan mempertahankan kelompok tersebut. Jika anggota kelompok melakukan sesuatu yang penting dengan cara yang berbeda, maka kecil kemungkinannya mereka tetap saling bersahabat dan kohesif, konflik dan perselisihan nampaknya akan muncul. Kesamaan terhadap norma dapat mempermudah pencapaian tujuan kelompok. Norma memberikan jalan yang lebih baik untuk mencapai tujuan kelompok dalam hal keamanan, interaksi sosial, kesenangan maupun pencapaian hasil.
12.6.  Daya Tarik Pribadi
            Kohesivitas atau kepaduan akan meningkat jika terdapat adanya daya tarik dari para anggota yaitu adanya kepercayaan timbal balik dan saling membarikan dukungan. Daya tarik pribadi juga dapat mengatasi hambatan dalam pencapaian tujuan, pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Anggota kelompok bisa memiliki karakteristik dan sifat yang sama bisa juga berbeda, maka kuncinya adalah mereka harus mampu untuk meredam perbedaan tersebut dan mengembangkan rasa senang dalam bekerja bersama.
12.7.  Persaingan Antarkelompok
            Persaingan antarkelompok yang terjadi dapat menyebabkan anggota kelompok lebih erat dan bersatu dalam melakukan aktivitasnya. Penerapan teknik desentralisasi dalam organisasi dapat meningkatkan keeratan dan kekompakan dari para anggota kelompok untuk bersaing dengan kelompok yang lain.
12.8.  Pengakuan dan Penghargaan
            Jika suatu kelompok berprestasi dengan baik kemudian mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari pimpinan, maka dapat meningkatkan kebanggaan dan kesetiaan dan anggota kelompok.

Friday, April 13, 2012

Kohesivitas Dalam Kelompok


Kohesivitas (Cohesiveness) ialah kelekatan dan saling ketertarikan di antara para anggota kelompok dan bersama sama bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Selain ketertarikan (attractiveness), dan kelekatan juga mengandung arti solidaritas, kekompakan, dan keakraban, sehingga para anggota kelompok menjadi lekat dan menjadi satu kesatuan. Kohesivitas ini ada hubungannya dengan berbagai variable dalam kelompok, yaitu dengan ukuran, kepuasan, waktu, keberhasilan, penderitaan, ancaman, kinerja, dan produktivitas.

Thursday, April 12, 2012

Struktur Kelompok


Struktur kelompok membentuk perilaku dari anggota dan memungkinkan dapat menjelaskan sebagian besar dari perilaku seseorang dalam kelompok demikian juga prestasi dari kelompok itu sendiri.
10.1.  Kepemimpinan Formal
             Pemimpin mempunyai peranan penting dan menentukan keberhasilan tugas kelompok. Seberapa jauh pinpinan formal tersebut mampu untuk mempengaruhi, mengarahkan dan mengendalikan bawahannya.
10.2.  Peran
             Peran merupakan pola perilaku yang diharapkan yang berhubungan dengan kedudukan seseorang di dalam suatu organisasi. Seseorang sering kali memiliki posisi lebih dari satu macam organisasi. Banyaknya peran yang dimiliki seseorang menyebabkannya harus mampu untuk merubah perilakunya sesuai dengan peran yang dimainkannya.
10.2.1. Konflik peran
  Adakalanya beberapa peran yang dimiliki seseorang terjadi adanya pertentangan sehingga menimbulkan adanya konflik peran. Misalnya, seseorang yang menjabat sebagai kepala subbagian yang juga menjabat sebagai ketua serikat pekerja merupakan dua peran yang sangat potensial menimbulkan adanya konflik peran. Konflik peran terjadi manakala adanya tuntutan dari karyawan misalnya tentang kenaikan upah, sementara dari atas yaitu manajer mendesak agar tuntutan kenaikan upah tersebut tidak usah dipenuhi karena kemampuan perusahaan yang tidak memungkinkan.
10.2.2. Identitas peran
              Identitas peran ialah sikap dan perilaku nyata seseorang yang konsisten dengan posisi yang sedang seharusnya dilakukan. Orang pada umumnnya memiliki kemampuan untuk menyesuaikan perannya dengan cepat ketika ia menyadari bahwa posisinya menuntut seperti itu. Misalnya seorang karyawan yang menjabat sebagai ketua serikat pekerja, kemudian ia dipromosikan sebagai kepala bagian maka akan ada perubahan sikap dari pro-karyawan menjadi pro-manajemen.
10.2.3. Persepsi peran
              Persepsi peran merupakan pandangan seseorang tentang bagaimana seharusnya ia bersikap dan berperilaku atas suatu posisi tertentu dalam organisasi. Banyaknya peran yang dimiliki seseorang, terjadinya konflik peran, identitas peran dan persepsi peran akan mempengaruhi perilaku dan prestasinya yang sekaligus juga akan berpengaruh terhadap prestasi kelompoknya.
10.2.4. Jenis-jenis peran
              Peran dibedakan menjadi dua jenis yaitu peran tugas dan peran pemeliharaan. Yang termasuk peran tugas adalah:
1.         Inisiating (berprasangka)
2.         Seeking information or opinion (mencari informasi atau pendapat)
3.         Giving information or opinion (member informasi atau pendapat)
4.         Clarifling and elaborating (menjelaskan dan mengelaborasi)
5.         Summarizing (membuat ringkasan)
6.         Consesus (menguji consensus)
Adapun yang termasuk peran pemeliharaan ialah.
1.         Harmonizing (membuat harmoni)
2.         Gatekeeping (penjagaan)
3.         Encouraging( mendorong)
4.         Compromizing (kompromi)
5.         Standard setting ( menetapkan standar )
10.3.  Norma
Norma ialah standar perilaku yang tertulis yang diterima bersama oleh para anggota kelompok, sebagai pedoman bagi para anggota kelompok mengenai apa yang harus di lakukan  dan apa yang tidak boleh di lakukan. Oleh sebab itu norma sangat berpengaruh terhadap perilaku.
Jika norma telah diterima oleh anggota kelompok, maka norma tersebut berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan mengendalikan perilaku anggotanya.

Wednesday, April 11, 2012

Fasilitasi Social dan Rintangan Social dalam Kelompok


Sinergi ialah kekuatan total yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan dari masing-masing kekuatan yang timbul atas dasar kerjasama dari masing-masing kekuatan. Ini terjadi kedalam kelompok:
Sinergi dan social loafing tidak hanya mengenai bekerja sama mengangkat batu, tetapi dapat di lakukan didalam kerja sama social, kerjasama politik, kerjasama ekonomi, kerjasama militer, kerjasama orang-perorangan, antara organisasi-organisasi.
Social conformity ialah suatu bentuk rintangan social yang membentuk anggota  melakukan sesuatu yang tidak benar karena adanya pengaruh-pengaruh, yang tidak dapat dihindarkan.
Social loafing terjadi disebabkan oleh adanya orang-orang yang disebut free rider’ yaitu mereka yang tidak jujur (tidak fair) dalam menyumbangkan upayanya atau kinerjanya dalam kebersamaan kerja, padahal menerima penuh bagian dari keuntungan atau hasil kelompok, dari penelitian terungkapnya bahwa social loafing terjadi bilamana:
a.         Tugas dipandang  tidak penting atau sederhana.
b.         Anggota-anggota kelompok berpikir bahwa hasil perorangan tak dapat di idenfikasi.
c.         Anggota-anggota kelompok memandang bahwa teman lainya juga tidak sungguh-sungguh kerjanya.

Monday, April 9, 2012

Beberapa Dimensi Dinamika Kelompok


Di dalam kerja kelompok belum tentu hasil kerjanya produktif, juga belum tentu kurang produktif, bekerja dalam kelompok dapat menimbulkan terjadinya “sinergi’ (synergy), yaitu bertambahnya kekuatan yang melenihi jumlah kekuatan dari masing-masing anggota, dapat pula terjadi kemalasan social (social loafing), yaitu mengurangi kekuatan dari jumlah kekuatan masing-masing dari para anggota. Terjadinya sinergi ini disebabkan oleh fasilitas social (social facilitation). Dalam kelompok yang sudah dewasa dapat terjadi yang disebut groupthink. Yang di maksud dengan groupthink ialah suatu kelompok yang kohesivitasnya tinggi yang menyebabkan para anggota kehilangan kemampuan memberikan evaluasinya yang kritis terhadap keputusan yang diambil oleh kelompok. Para anggota mengikutti saja apa yang diputuskan, meskipun sebenarnya tidak realistis. Secara individual mereka menurut saja. Jadi keputusan ini sebenarnya bertentangan dengan keinginan individual para anggota, tetapi sudah merupakan keputusan bersama.
Groupthink terjadi tanpa disadari yang muncul sebagai emergent behavior demikian juga social loafing, juga bukan yang dituntut. Social loafing terjadi apabila hasil kerja kelompok tidak menunjukkan seperti penjumlahan kekuatan (hasil kerja) dari pada anggota anggota individual, melainkan kurang. Dicontohkan dengan angka, 2 + 2 mestinya ada 4, tetapi jika 2 + 2 = 4 ini berarti ada sinergi (ada  tambahan kekuatan), sebaliknya jika 2 + 2 =3 ini bearti ada social loafing (terjadi kekurangan kekuatan).Social loafing terjadi karena dalam kelompok itu ada anggota kelompok yang tidak memberikan sumbanga energinya sebagaimana mestinya seperti jika ia bekerja sendirian, yang dalam kerja bersama dalam kelompok hal ini tidak kelihatan.

Sunday, April 8, 2012

Dinamika Kelompok


Di dalam kelompok ada dinamika kelompok (group dynamics), yaitu kekuatan-kekuatan yang terjadi di dalam kelompok yang berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas dan pemeliharaan sumber daya manusia. Dinamika kelompok merupakan aktivitas-aktivitas, saling bergaul atau interactions diantara para anggota, baik interactions yang diwajibkan oleh kelompok maupun interactions atau aktivitas yang di wajibkan, konflik-konflik, kerjasana, persaingan, dan sebagainya, yang semuanya itu disebut sebagi dinamika kelompok. Tanpa dinamika sama sekali, kelompok  itu diam dan tidak ada gunanya dibentuk kelompok. Dinamika kelompok ialah kegiatan-kegiatan yang akhirnya memproses input yang masuk kedalam kelompok menjadi output kelompok.

Saturday, April 7, 2012

Sumber-sumber Intern Anggota Kelompok


Selain faktor-faktor eksternal, prestasi dan perilaku kelompok juga ditentukan oleh faktor internal itu sendiri. Dua sumber utama adalah kemampuan dan karakteristik kepribadiannya.
6.1.    Kemampuan
            Prestasi kelompok mempunyai kemampuan fisik dan kemampuan intelektual yang relevan dengan tugas dari anggota kelompok. Prestasi kelompok bukan sekedar penjumlahan dari kemampuan anggotanya. Akan tetapi kemampuan ini sebagai parameter tentang apa yang dapat dilakukan dan seberapa efektif mereka melakukannya dalam kelompok. Ada suatu kecenderungan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan yang menentukan dalam mencapai tugas kelompok cenderung lebih aktif terlibat dalam tugas kelompok, dan umumnya muncul sebagai pemimpin kelompok.
6.2.    Karakteristik Kepribadian
            Sifat-sifat kepribadian para anggota kelompok mempunyai efek terhadap prestasi kelompok oleh pengaruh kuat tentang bagaimana anggota kelompok berinteraksi dengan para anggota kelompok yang lain. Karakteristik kepribadian para anggota kelompok menentukan perilaku kelompok tersebut.

Friday, April 6, 2012

Faktor-Faktor Eksternal yang Menentukan Prestasi Kelompok


Faktor-faktor eksternal ikut berpengaruh terhadap prestasi suatu kelompok seperti strategi organisasi, struktur wewenang, peraturan, sumber-sumber organisasi, proses seleksi, sistem imbalan, budaya organisasi, dan lingkungan fisik.
5.1.    Strategi Organisasi
            Strategi organisasi ditentukan oleh manajemen tingkat puncak, dan sering kali juga ditetapkan bersama-sama dengan manajemen tingkat menengah. Strategi merumuskan sasaran yang hendak dicapai organisasi dan cara-cara mencapai sasaran tersebut. Strategi yang ditetapkan organisasi mempengaruhi perilaku kelompok yang ada dalam organisasi tersebut. Kelompok akan berperilaku sesuai dengan strategi yang ditetapkan organisasi.
5.2.    Struktur Wewenang
            Organisasi memiliki struktur wewenang yang menentukan kepada siapa seseorang melapor, siapa yang membuat keputusan, dan bagaimana wewenang yang diberikan kepada kelompok dalam mengambil suatu keputusan. Struktur ini menentukan dimana posisi suatu kelompok tertentu dalam hirarkhi organisasi, pimpinan kelompok formal dari kelompok, dan hubungan formal di antara kelompok.
5.3.    Peraturan
            Organisasi menciptakan peraturan, prosedur, kebijaksanaan, dan berbagai bentuk peraturan lainnya yang menentukan standar perilaku dari perkerja. Keleluasaan dan kebebasan dari kelompok untuk menentukan standar perilakunya sangat dibatasi. Semakin banyak peraturan formal yang diterapkan organisasi pada semua pekerjanya, maka perilaku kelompok akan semakin konsisten dan dapat diramalkan.
5.4.    Sumber-Sumber Organisasi
            Organisasi ada yang skala usahanya besar dan ada pula yang kecil. Organisasi yang besar tentu sumber-sumber yang dimiliki juga besar. Pekerja akan dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang canggih untuk melaksanakan tugasnya. Sedangkan organisasi yang relatif kecil akan melengkapi pekerjaannya dengan peralatan-peralatan yang sederhana untuk menyelesaikan tugasnya. Besar atau kecilnya sumberdaya yang lainnya yang diberikan organisasi kepada kelompok akan mempengaruhi perilaku dan prestasi kelompok.
5.5.    Proses Seleksi
            Kriteria dalam proses seleksi tenaga kerja akan menentukan tenaga kerja yang akan diterima yang merupakan kelompok kerja dalam organisasi. Proses seleksi menjadi faktor penting dalam menyaring orang-orang yang berkualitas dan sesuai dengan tuntutan tugas dalam suatu organisasi. Kualitas dari calon pekerja tersebut nantinya akan menjadi kelompok tugas sangat menentukan perilaku dan prestasi kelompok tersebut.
5.6.    Penilaian Prestasi dan Sistem Imbalan
            Kelompok merupakan bagian dari sistem organisasi, dimana perilaku kelompok akan dipengaruhi oleh bagaimana organisasi dalam menilai prestasi kelompok yang ada dalam organisasi dan bagaimana sistem imbalan yang diterapkan terhadap kelompok-kelompok yang ada dalam organisasi. Adanya sistem imbalan yang mengkaitkannya dengan prestasi dari kelompok kerja akan mempengaruhi perilaku kelompok tersebut.
5.7.    Budaya Organisasi
            Organisasi pada umumnya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang tidak tertulis yang menentukan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan para pekerja. Sementara organisasi tertentu memiliki subkultur yang berlaku pada kelompok tertentu yang merupakan pelengkap atau modifikasi standar perilaku yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Kultur organisasi dan subkultur tersebut akan menentukan perilaku kelompok dalam organisasi tersebut.
5.8.    Faktor Lingkungan Fisik
            Faktor lingkungan fisik juga berpengaruh terhadap perilaku dan prestasi kelompok. Ruangan yang tertata dengan baik misalnya tempat duduk melingkar akan memudahkan komunikasi antar anggota kelompok. Demikian juga kenyamanan dari suhu dan udara dalam ruangan akan menyebabkan daya tahan dari anggota kelompok dalam melaksanakan tugasnya akan lebih baik.

Thursday, April 5, 2012

Perilaku Kelompok


Kelompok dapat mempengaruhi perilaku anggotanya secara langsung dengan cara penekanan sosial. Perilaku penyesuaian pada norma-norma kelompok dikenal sebagai “kepatuhan” dan tindakan ini tidak mesti sesuai dengan sikap pribadi seseorang.
            Alasan kepatuhan terhadap norma kelompok biasanya takut terhadap  hukuman atau penolakan oleh kelompok. Seperti kita ketahui dalam studi  Wiring Room kelompok mempunyai banyak taktik untuk menjaga kepatuhan. Taktik-taktik tersebut meliputi: mengganggu, mencemooh, mentertawakan, memberi ancaman-ancaman, mengasingkan, merusak milik pribadinya  serta ‘ancaman tersembunyi’.
            Kelompok juga dapat mempengaruhi sikap dan keyakinan seseorang. Bila anggota kelompok sering kali berkumpul dan mereka bergantun sama lain dalam membantu menafsirkan pengalaman-pengalaman bersamanya, maka mereka cenderung mengembangkan sikap dan keyainan yang sama.
            Dengan mempengaruhi sikap dan keyakinan anggota, kelompok secara tidak langsung mempengaruhi perilaku anggotanya karena perilaku seseorang cenderung konsisten dengan sikapnya jika tidak mendapatkan tekanan sosial yang kuat untuk bertindak lain.
Di dalam kelompok para anggota dituntut berperilaku untuk mencapai tujuan kelompok. Masing-masing anggota kelompok mempunyai peran sendiri-sendiri. Ini merupakan pembagian pekerjaan, yang jika dikerjakan secara total akan menghasilkan tingkat efektivitas kelompok. Oleh sebab itu tiap-tiap anggota memliki deskripsi tugas sebagai pedoman kerja yang harus dikerjakan.
Ada tiga jenis perilaku yang membuat dinamika kelompok, yang oleh George humans (1950) disebut tiga ‘unsur dasar’, yaitu:
1.         Activities (kegiatan-kegiatan), ialah apa yang dikerjakan atau di perbuat, seperti merencanakan, mengangkat, berjalan, meggali, mengambil, dan sebagainya yang memerlukan gerakan/gerakan otot /tubuh.
2.         Interactions (interaksi), ialah komunikasi dalam bentuk apa pun dan di mana pun di antara para anggota kelompok. interaksi ini tidak harus verbal, bahkan kebanyakan non-verbal, yang dapat dibedakan ke dalam empat jenis interactions: pseudo interactions, reactions, asymmetrics, dan mutual interactions.
3.         Sentiments ialah ‘keadaan internal/batin manusia‘ yang mencakup motivasi, dorongan, emosi, perasaan dan sikap. Tidak seperti activities dan interactions, sentiment tidak dapat dilihat atau dipantau.
Kita telah mengetahui bahwa perilaku anggota kelompok sangat dipengaruhi oleh norma-norma kelompok dan penekanan social. Sekarang saatnya mengetahui lebih banyak pola-pola perilaku dalam kelompok.
4.1.    Perilaku yang Berorientasi Pada Tugas
            Riset atas perilaku dalam kelompok telah mengidentifikasi dua kategori yang esensial bagi keberhasilan dan kelangsungan kelompok. Kategori yang pertama dinamakan “perilaku berorientasi pada tugas”, meliputi perilaku yang membantu kelompok dalam memilih tujuan dan yang memajukan dalam pencapaian tujuan. Tipe spesifik dari perilaku yang berorientasi pada tugas yang terjadi dalam kelompok banyak ditentukan oleh sifat pekerjanya. Dalam suatu kelompok yang bekerja pada tugas produksi rutin,pada umumnya perilaku yang berorientasi pada tugas akan meliputi aktivitas produksi, seperti: mensortir, merakit, menguji, memperbaiki, pengepakan pengiriman, pemberian label, penyempurnaan dan operasi mesin.
Dalam suatu kelompok yang melakukan tugas pembuatan keputusan, pada umumnya perilaku yang berorientasi akan meliputi Pertukaran, Analisa serta Evaluasi Informasi dan Ide. Misalnya, session pembuatan keputusan tertentu. Sejumlah anggota akan menyediakan informasi tentang masalah yang harus dipecahkan kelompok. Anggota-anggota yang lain akan menafsirkan informasi tersebut, memberikan pendapat-pendapatnya tentang yang menjadi sumber-sumber masalah serta menyarankan pemecahan yang mungkin. Sejumlah orang yang mungkin meminta penjelasan atau perincian komentar dari pihak yang lainnya. Secara periodic, mungkin seseorang meringkaskan apa yang telah dibicarakan atau menyatakan bahwa pembahasannya telah jauh menyimpang dari dasarnya. Kadang-kadang seseorang berusaha untuk mengajak maju kearah kesepakatan pada satu pemecahan dan mendesak untuk mengambil sebuah keputusan.
4.2.   Perilaku Pemelihara Kelompok (Goup Maintenance Behavior)
Kategori perilaku lainnya yang esensial bagi efektifitas dan kelangsungan kelompok dikenal sebagai “perilaku pemelihara kelompok”. Kategori yang luas ini meliputi segala perilaku yang membantu dalam meningkatkan hubungan antar pribadi, memelihara jalinan dalam kelompok, serta menyelesaikan konflik diantara anggota. Bila terdapat permusuhan dan pertentangan yang berlebihan dalam kelompok, pelaksanaan kerja akan merugi dan mungkin kelangsungan hidup kelompok dapt terancam. Karena alasan ini perilaku yang berorientasi pada pemeliharaan kelompok sama pentingnya dengan perilaku yang berorientasi pada tugas.
Banyak tipe spesifik dari perilaku yang berorientasi pada pemeliharaan kelompok seringkali dilakukan. Misalnya: jika satu anggota merasa cemas dan tidak aman, anggota-anggota lain bisa memberikan dorongan dan dukungan. Para anggota dapat membantu menciptakan suatu teposeliro dengan menyatakan penghargaannya dan kasih sayang satu sama lain. Jika konflik antar pribadi berkembang seseorang dapat bertindak sebagai mediator atau pendamai. Jika seseorang menarik diri dari kelompoknya karena perasaan diabaikan atau ditolak, seseorang dapat melakukan bujukan pada orang tersebut agar tetap  menjadi anggota kelompoknya. Jika kelompok tersebut menghadapi tantangan yang sulit atau ancaman dari luar, seseorang dapat memberikan penjelasan perlunya anggota mengingatkan diri bersama dalam tim kerja dan menunjukkan sebagai front yang terpadu dan tangguh.
4.3.    Orientasi Perilaku Pribadi
Disamping perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada pemeliharaan kelompok, biasanya terdapat perilaku yang berorientasi pada pribadi. Termasuk dalam kategori perilaku ini adalah tindakan-tindakan orang yang hanya memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi tidak mempermudah pencapaian tujuan kelompok atau jalinan kelompok. Perilaku yang berorientasi pribadi sering dalam melakukan tugas-tugasnya mengacaukan kelompok dan merintangi pemecahan masalah. Misalnya, seseorang mungkin mencari perhatian dengan komentar-komentar yang profokatif, bergurau yang berlebihan, membual dan senda gurau kasar. Seseorang mungkin mencari simpati dengan membicarakan masalah pribadi orang lain serta sakit-sakitan. Termasuk juga perilaku yang berorientasi pada pada pribadi adalah usaha untuk mendominasi diskusi dengan terus melakukan gangguan dan berteriak-teriak mengganggu pembicara lain.
Usaha lain untuk mendominasi termasuk ancaman-ancaman untuk meninggalkan kelompok atau tidak memberikan bantuan jika seseorang tidak menurut cara dirinya. Berlebihannya perilaku yang berorientasi pribadi dapat merusak jalinan kelompok disamping pelaksanaan kerjanya. Jalinan kelompok akan hancur bila ketidaksepakatan, persaingan, atau iri hati mengarah pada fitnah pribadi, cemoohan, ancaman, serta tindakan-tindakan negatif.

Wednesday, April 4, 2012

Tahap-Tahap Perkembangan Kelompok


Belum ada kesamaan pendapat diantara para pakar tentang tahap-tahap perkembangan kelompok.berikut adalah pendapat dari beberapa pakar, yaitu:
3.1.      Menurut Krettner dan Kinicki (1992; 324-235), suatu kelompok timbul dan berkembang melalui enam tahap:
3.1.1.   Pada tahap pertama, yaitu orientasi. Para anggota masih meraba-raba meskipun mereka setuju turut menjadi anggota kelompok itu.
3.1.2.   Pada tahap kedua, yaitu konflik dan tantangan. Mereka rebut-ribut gempuran satu sama lain dalam menginginkan berbagai hal, timbul sub kelompok, oposan, pemberontakan halus, saling beradu pendapat dan saling berjaga–jaga.
3.1.3.   Pada tahap ketiga, yaitu kelekatan. Konflik dan tantangan reda, akhirnya mereka menyetujui keputusan-keputusan yang hasilnya dari konflik–konflik dan mulai membentuk kedamaian dan kerukunan.
3.1.4.   Pada tahap keempat, yaitu delusi. Delusi adalah suasana setelah melepas pertikaian dan bentuk kerukunan, pada tahap ini terasa adanya partisipasi para anggota pada apa yang di inginkan oleh kelompok. Namun, apa yang mereka rasakan atau menjadi kenyataan pada waktu itu sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataan dan pikiran rasional tidak dapat berjalan.
3.1.5.   Pada tahap kelima, yaitu disilusi. Disilusi yang artinya menyadari kesalahan persepsi terhadap kelompoknya yang dikatakan baik, yaitu dengan adanya harmoni atau kerjasama diantara para anggota yang sebenarnya tidak realistis itu, mulai timbul konflik–konflik karena dirasakan bahwa kelompok tidak terbuat seperti yang dicita-citakan semula menurut persetujuan bersama.
3.1.6.   Pada tahap keenam, yaitu penerimaan. Artinya adalah setelah tahap sebelumnya dapat dilalui dengan menerima cacian, kritikan, dan lain-lain, maka kemudian kembali menepati cita-cita kelompok.
3.2.      Menurut Robbins (1991; 276-277), tahap-tahap perkembangan kelompok yaitu melalui:
3.2.1.   Forming, yaitu tahap pembentukan yang sifatnya masih mencari-cari, misalnya siapa pemimpinnya, apa tujuannya dan bagaimana cara mencapainnya.
3.2.2.   Storming ialah beradu pendapat karena perbedaan–perbedaan pandangan.
3.2.3.   Norming ialah pembentukan aturan yang digunakan sebagai norma perilaku kelompok dan para anggotanya dalam mencapai tujuan.
3.2.4.   Performing, dalam tahap ini kelompok melaksanakan norma dan bekerja untuk mencapai tujuan.
3.2.5.   Adjourning, yaitu selesainya pencapaian tujuan, kelompok beristirahat bekerja atau bubar, khususnya kelompok yang tujuannya spesifik dalam waktu yang terbatas atau sementara.
3.3.      Northcraft & Neale (1990-290-291) sama pendapatnya dengan Albanese & Van Vleet ( 1983-259), yaitu:
3.3.1.   Formation (pembentukan), pada tahap awal, yang pada tahap ini semua calon anggota belum kenal dengan baik mengenai orang-orangnya, tujuannya, dan tugas-tugannya.
3.3.2.   Differentiation, adanya perbedaan-perbedaan pendapat sehingga menimbulkan sub-kelompok dan saling ber-argumentasi mengenai tujuan, cara mencapainya, dan siapa pemimpinnya.
3.3.3.   Intergration, sudah ada kesamaan pandangan, ada norma, ada  kerukunan, dan persetujuan mengapa mereka bersama-sama dalam kelompok.
3.3.4.   Maturity (kedewasaan), kematangan sebagai kelompok dalam melaksanakan kegiatan mencapai tujuan.

Tuesday, April 3, 2012

Alasan-Alasan Terbentuknya Suatu Kelompok


Seseorang memiliki alasan-alasan tertentu untuk membentuk suatu kelompok, dan alasan tersebut biasanya bukan alasan yang tunggal. Karena tiap kelompok memberikan manfaat yang berbeda-beda bagi tiap kelompoknya. Alasan utama seseorang menjadi anggota suatu kelompok adalah berkaitan dengan kebutuhan untuk keamanan, afiliasi, kekuasaan, status, dan pencapaian tujuan.
2.1.    Keamanan
            Salah satu alasan mengapa seseorang menjadi anggota suatu kelompok adalah untuk mendapatkan rasa aman dari ancaman. Orang yang tergabung dalam suatu kelompok posisinya akan lebih kuat dari pada sendirian. Selain itu, mereka juga akan terhindar dari perlakuan-perlakuan yang kurang menguntungkan dari orang lain terutama pimpinan. Pemimpin organisasi tentu memperhatikan lebih serius suara-suara yang disampaikan oleh kelompok daripada disampaikan secara perorangan.
2.2.    Afiliasi
            Interaksi secara formal yang terjadi dalam organisasi tidak dapat dilakukan secara intens atau erat karena kesibukan masing-masing dalam melaksanakan tugasnya. Dengan menjadi anggota suatu kelompok maka interaksi yang terjadi dapat lebih erat, lebih bersahabat dan akrab.
2.3.    Kekuasaan
          Bagi seseorang yang ingin menggunakan pengaruhnya terhadap orang lain, kelompok memberikan kekuasaan tanpa wewenang formal dari organisasi. Sebagai pemimpin kelompok seseorang dapat mempengaruhi anggota kelompoknya. Bagi yang memiliki kebutuhan akan kekuasaan, kelompok merupakan wadah untuk pemenuhannya.
2.4.    Status
            Dengan bergabung dalam suatu kelompok seseorang merasakan adanya pengakuan dari lingkungannya bahwa isa memiliki status tertentu sesuai dengan status yang disandang oleh kelompoknya.
2.5.    Pencapaian Tujuan
Orang-orang yang bekerjasama dalam suatu kelompok karena mereka membutuhkan bantuan orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan yang penting. Secara fisik da mental intelektual dengan bekerjasama dalam wadah kelompok tujuan-tujuan tersebut akan lebih mudah tercapai. Secara fisik tenaga yang terhimpun oleh kelompok lebih besar dan secara mental intelektual ide, gagasan maupun pendapat akan lebih berkualitas dan memberikan kontribusinya terhadap keberhasilan kelompok.

Monday, April 2, 2012

Pengertian dan Jenis-Jenis Kelompok


Sebelum kita mengetahui lebih jauh mengenai perilaku kelompok dalam organisasi sebaiknya kita tahu dan mengerti terlebih dahulu apa pengertian  kelompok itu sendiri. Suatu organisasi dapat didirikan oleh sedikitnya dua orang. Kelompok yang terdiri atas hanya dua orang saja disebut dyads dan yang terdiri atas tiga orang saja disebut tryads.
Didalam suatu keompok belum tentu para anggota mempunyai atribut (sifat-sifat, ciri-ciri) yang sama. Para anggota kelompok yang mempunyai kesamaan atribut disebut cohort. Jadi kelompok adalah dua orang atau lebih berkumpul dan berinteraksi serta saling tergantung untuk mencapai tujuan tertentu.
Kelompok dapat dibedakan ke dalam berbagai macam, tergantung pada sudut, pensifatan, tugas, atau pandangan:
1.                  Kelompok formal (formal group), adalah kelompok yang sengaja dibentuk dengan keputusan manager melalui bagan organisasi untuk menyelesaikan suatu keputusan manager melalui bagan organisasi untuk menyelesaikan suatu tugas secara efisien dan efektif.
2.                  Kelompok informal (informal group),adalah kelompok yang tidak dibentuk secara formal melalui struktur organisasi, yang muncul karena adanya kebutuhan akan kontak sosial.
3.                  Kelompok komando (command group),adalah bagian dari kelompok formal. Kelompok komando memiliki definisi yaitu kelompok yang ditentukan oleh bagan organisasi dan melaksanakan tugas-tugas rutin organisasi.
4.                  Kelompok tugas (task group), adalah suatu kelompok yang bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas atau proyek tertentu. Kelompok tugas juga termasuk bagian dari kelompok komando.
5.                  Kelompok persahabatan, merupakan bagian dari kelompok informal. Kelompok ini terbentuk karena adanya kesamaan-kesamaan tentang suatu hal.
6.                  Kelompok kepentingan, merupakan kelompok yang berafiliasi untuk mencapai sasaran yang sama. Kelompok ini juga termasuk kedalam kelompok informal.
7.                  Kelompok bagian (department group), kelompok yang merupakan bagian dari suatu organisasi.
8.                  Kelompok horizontal (horizontal group),adalah kelompok yang angota-anggotanya dari jenjang yang sama dari bagai-bagian dalam organisasi.
9.                  Kelompok vertical (vertical group),  kelompok ini sama seperti kelompok komando.
10.              Kelompok kompleks (complex group), adalah kelompok yang anggota-anggotanya dari berbagai bagian dan berbagai jenjang dalam organisasi.
11.              Kelompok tertutup (closed group), ialah suatu kelompok yang anggota–anggotanya tertentu (dan atau tidak dapat di tambah lagi).
12.              Kelompok terbuka (open group), adalah kelompok yang anggotanya bebas dapat keluar dan dapat masuk.
13.              Kelompok kerja (work group), merupakan kelompok yang dibentuk oleh pejabat formal suatu organisasi untuk metransformasi masukan-masukan (inputs) berupa sumberdaya menjadi hasil-hasil (outputs) berupa produk.
Namun secara garis besar kelompok itu hanya terbagi menjadi 2 saja, yaitu kelompok formal dan kelompok informal.
1.1.         Kelompok Formal
Kelompok formal ada dalam setiap organisasi. Kelompok formal (formal group) adalah suatu sub unit organisasi yang resmi yang didirikan dengan anggaran dasar organisasi atau dengan surat keputusan manajer. Contoh kelompok formal: kelompok kerja, panitia, departemen kecil, dan tim proyek. Tujuan kelompok formal: peraturan-peraturan, keanggotaan, pemilihan pemimpin biasanya ditentukan oleh organisasi dalam ketentuan-ketentuan atau perintah organisasi ini.
Kelompok formal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok komando (command group) dan kelompok tugas (task group). Di perguruan tinggi misalnya, biro-biro, fakultas-fakultas dan unit-unit lainnya yang ada di lingkungan suatu perguruan tinggi atau departemen yang ada dalam perusahaan.
Anggota kelompok tugas biasanya berasal dari berbagai unit dalam organisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan akan keterampilan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau proyek tersebut. Panitia penerimaan mahasiswa baru, panitia ujian semester, panitia wisuda, dan lain-lain yang dilakukan oleh perguruan tinggi atau satuan tugas yang dibentuk oleh manajer perusahaan untuk mengendalikan/menurunkan biaya operasional sebesar 10% misalnya contoh dari kelompok tugas.
1.2.    Kelompok Informal
        Kelompok informal (informal group) juga dapat ditemukan dalam setiap organisasi. Kelompok-kelompok ini berkembang menyimpang dari rancangan organisasi yang ditetapkan secara resmi dan kelompok informal hidup sebagai subkultur yang relatif berkuasa atau dominan dalam organisasi. Ada kelompok informal yang terdiri dari para manajer disamping kelompok-kelompok informal yang terdiri dari para pekerja non-pengawas.
            Kelompok informal dibedakan menjadi dua yaitu kelompok persahabatan dan kelompok kepentingan. Kelompok persahabatan terbentuk karena adanya kesamaan-kesamaan tentang suatu hal, seperti kesamaan hobi, status perkawinan, jenis kelamin, latar belakang, pandangan politik dan lain sebagainya.
            Kelompok kepentingan, yaitu kelompok yang berafiliasi untuk mencapai sasaran yang sama. Sasaran jenis kelompok ini tidak berkaitan dengan tujuan organisasi tetapi semata-mata untuk mencapai kepentingan kelompok itu sendiri.
            Kelompok-kelompok informal memenuhi bermacam-macam kebutuhan para pekerja. Keanggotaan dalam kelompok informal memberikan kesempatan untuk memuaskan kebutuhan–kebutuhan sosial, seperti: berkawan, kasih-sayang serta pembinaan atau pendidikan.
            Fungsi khusus kelompok informal yang penting adalah pengaturan perilaku sosial dan kerja. Meskipun beberapa norma aktivitas sosial diciptakan oleh organisasi dan oleh kebudayaan luar, namun terdapat kebutuhan untuk mengoperasikan norma-norma tersebut dalam situasi kerja.
            Pentingnya kelompok-kelompok informal sebagai sumber pengaruh atas perilaku dan  pelaksanaan kerja pekerja telah dipertunjukan dalam studi Hawthorne tahun 1930-an. Salah satu diantara studi tersebut  (Bank Wiring Room), sekelompok laki-laki yang memasang kabel dan menyorder panel telepon diteliti dalam kurun waktu beberapa bulan.

Sunday, April 1, 2012

Program Case 8


Programcase_sederhana2;
uses crt;
Var pil : integer;
            nama : string;
Begin
Clrscr;
write ('nama : ');
readln (nama);
writeln ('1: gol.I ');
writeln ('2: gol.II ');
writeln ('3: gol.III ');
write ('pilih golongan (dalam bentuk angka): ');
Readln (pil)   ;
Case pil of
1: writeln (nama,' gaji anda adalah Rp 2.500.000');
2: writeln (nama,' gaji anda adalah Rp 3.000.000');
3: writeln (nama,' gaji anda adalah Rp 3.500.000');
Else
writeln (' maaf',nama,' anda salah memasukan pilihan ');
End;
Readln;
End.

Saturday, March 31, 2012

Program Case 7


Programcase_sederhana1;
uses crt;
Var pil : integer;
Begin
Clrscr;
Writeln ('1 : pensil');
Writeln ('2 : buku');
Writeln ('3 : mistar ');
Writeln ('4 : penghapus');
Writeln ('5 : tas');
Writeln ('6 : sepatu');
Writeln ('7 : pulpen');
Writeln ('8 : peraut pensil');
Writeln ('9 : dasi');
Writeln ('10 : topi');
write('masukan angka : ');
Readln (pil)   ;
Case pil of
1: writeln ('harga Rp 2.500');
2: writeln('harga Rp 2.000');
3: writeln ('harga Rp 1.500');
4: writeln ('harga Rp 500');
5: writeln ('harga Rp 55.500');
6: writeln ('harga Rp 75.500');
7: writeln ('harga Rp 1.500');
8: writeln ('harga Rp 1.000');
9: writeln ('harga Rp 5.500');
10: writeln ('harga Rp 6.500');
Else
writeln (' maaf anda salah memasukan pilihan ');
End;
Readln;
End.