Belum ada kesamaan pendapat diantara para pakar tentang tahap-tahap perkembangan kelompok.berikut adalah pendapat dari beberapa pakar, yaitu:
3.1. Menurut Krettner dan Kinicki (1992; 324-235), suatu kelompok timbul dan berkembang melalui enam tahap:
3.1.1. Pada tahap pertama, yaitu orientasi. Para anggota masih meraba-raba meskipun mereka setuju turut menjadi anggota kelompok itu.
3.1.2. Pada tahap kedua, yaitu konflik dan tantangan. Mereka rebut-ribut gempuran satu sama lain dalam menginginkan berbagai hal, timbul sub kelompok, oposan, pemberontakan halus, saling beradu pendapat dan saling berjaga–jaga.
3.1.3. Pada tahap ketiga, yaitu kelekatan. Konflik dan tantangan reda, akhirnya mereka menyetujui keputusan-keputusan yang hasilnya dari konflik–konflik dan mulai membentuk kedamaian dan kerukunan.
3.1.4. Pada tahap keempat, yaitu delusi. Delusi adalah suasana setelah melepas pertikaian dan bentuk kerukunan, pada tahap ini terasa adanya partisipasi para anggota pada apa yang di inginkan oleh kelompok. Namun, apa yang mereka rasakan atau menjadi kenyataan pada waktu itu sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataan dan pikiran rasional tidak dapat berjalan.
3.1.5. Pada tahap kelima, yaitu disilusi. Disilusi yang artinya menyadari kesalahan persepsi terhadap kelompoknya yang dikatakan baik, yaitu dengan adanya harmoni atau kerjasama diantara para anggota yang sebenarnya tidak realistis itu, mulai timbul konflik–konflik karena dirasakan bahwa kelompok tidak terbuat seperti yang dicita-citakan semula menurut persetujuan bersama.
3.1.6. Pada tahap keenam, yaitu penerimaan. Artinya adalah setelah tahap sebelumnya dapat dilalui dengan menerima cacian, kritikan, dan lain-lain, maka kemudian kembali menepati cita-cita kelompok.
3.2. Menurut Robbins (1991; 276-277), tahap-tahap perkembangan kelompok yaitu melalui:
3.2.1. Forming, yaitu tahap pembentukan yang sifatnya masih mencari-cari, misalnya siapa pemimpinnya, apa tujuannya dan bagaimana cara mencapainnya.
3.2.2. Storming ialah beradu pendapat karena perbedaan–perbedaan pandangan.
3.2.3. Norming ialah pembentukan aturan yang digunakan sebagai norma perilaku kelompok dan para anggotanya dalam mencapai tujuan.
3.2.4. Performing, dalam tahap ini kelompok melaksanakan norma dan bekerja untuk mencapai tujuan.
3.2.5. Adjourning, yaitu selesainya pencapaian tujuan, kelompok beristirahat bekerja atau bubar, khususnya kelompok yang tujuannya spesifik dalam waktu yang terbatas atau sementara.
3.3. Northcraft & Neale (1990-290-291) sama pendapatnya dengan Albanese & Van Vleet ( 1983-259), yaitu:
3.3.1. Formation (pembentukan), pada tahap awal, yang pada tahap ini semua calon anggota belum kenal dengan baik mengenai orang-orangnya, tujuannya, dan tugas-tugannya.
3.3.2. Differentiation, adanya perbedaan-perbedaan pendapat sehingga menimbulkan sub-kelompok dan saling ber-argumentasi mengenai tujuan, cara mencapainya, dan siapa pemimpinnya.
3.3.3. Intergration, sudah ada kesamaan pandangan, ada norma, ada kerukunan, dan persetujuan mengapa mereka bersama-sama dalam kelompok.
3.3.4. Maturity (kedewasaan), kematangan sebagai kelompok dalam melaksanakan kegiatan mencapai tujuan.
Silahkan Berkomentar Pada Form Komentar dengan sopan dan santun .. No Spam .... !!! thank's @Admin
EmoticonEmoticon