Showing posts with label Kuliah. Show all posts
Showing posts with label Kuliah. Show all posts

Monday, April 16, 2012

Manfaat Kelompok Bagi Organisasi


Banyak manfaat yang dapat dipetik dari adanya kelompok baik di dalam maupun di luar satuan organisasi, antara lain:
1.         Kelompok merupakan alat perjuangan bagi anggotanya.
2.         Kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan inovasi dan kreativitas.
3.         Kelompok  lebih baik dari pada perorangan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut orang banyak.
4.         Anggota kelompok dapat memperoleh keuntungan dari pelaksanaan pengambilan keputusan.
5.         Kelompok dapat megendalikan dan mendisiplinkan anggotanya di banding dengan mereka yang tidak masuk ke dalam kelompok.
6.         Kelompok membantu menangkis pengaruh-pengaruh negatif dari meningkatnya organisasi yang semakin besar.
7.         Kelompok adalah fenomena alami di dalam organisasi. perkembangannya yang spontan tidak dan dapat di halangi, dan di butuhkan oleh para anggota sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Sunday, April 15, 2012

Faktor-Faktor yang Dapat Menurunkan Tingkat Kohesivitas


Selain faktor-faktor yang dapat meningkatkan kohesivitas, pasti ada juga faktor yang dapat menurunkan  kohesivitas itu sendiri, seperti adanya ketidaksamaan tentang tujuan, besarnya anggota kelompok, pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok, persaingan intern antaranggota kelompok, dan dominasi.
13.1.    Ketidaksamaan Tentang Tujuan
Sudah jelas sekali bahwa jika terdapat perbedaan tujuan para anggota kelompok maka akan terjadi konflik. Bila konflik yang terjadi tidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan adanya penurunan tingkat kohesivitas.

13.2.    Besarnya Anggota Kelompok
Sejalan dengan bertambah besarnya kelompok, maka frekuensi interaksi di antara anggota kelompok akan menurun dengan demikian dapat menurunkan tingkat kohesivitas.

13.3.    Pengalaman yang Tidak Menyenangkan dengan Kelompok
Ketika anggota kelompok tidak menarik antara satu sama lainnya, atau kurangnya kepercayaan di antara mereka atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dapat menurunkan adanya tingkat kepaduan.

13.4.    Persaingan Intern Antaranggota Kelompok
Jika terjadi persaingan intern anggota kelompok akan menyebabkan persaingan dan permusuhan dan mendorong adanya perpecahan di antara anggota kelompok.

13.5.    Dominasi
Jika satu atau lebih anggota kelompok mendominasi kelompok, atau karena sifat kepribadian tertentu yang cenderung tidak senang berinteraksi dengan anggota kelompok, maka kepaduan/kohesivitas tidak akan berkembang. Perilaku seperti ini dapat menimbulkan adanya klik-klik dalam kelompok yang dapat menurunkan tingkat kepaduan.

Saturday, April 14, 2012

Faktor-faktor yang Dapat Meningkatkan Kohesivitas/Kepaduan


Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kohesivitas dari anggota kelompok. Faktor-faktor tersebut antara lain seperti adanya kesamaan nilai dan tujuan, keberhasilan dalam mencapai tujuan, status kelompok, penyelesaian perbedaan, kecocokan terhadap norma-norma, daya tarik pribadi, persaingan antar kelompok, pengakuan dan penghargaan.
12.1.  Kesamaan Nilai dan Tujuan
            Adanya kesamaan karakteristik dari anggota suatu kelompok memiliki pengaruh yang kuat bagi terbentuknya kelompok dan kohesivitas kelompok itu sendiri.
12.2.  Keberhasilan Dalam Mencapai Tujuan
            Kelompok yang kohesif dicirikan oleh keberhasilannya dalam mencapai tujuan. Keberhasilan dalam mencapai tujuan yang penting dapat meningkatkan kesatuan kelompok, kepuasan anggota kelompok, dan membuat kelompok menjadi lebih menarik bagi anggotanya.
12.3.  Status Kelompok
            Kelompok yang memiliki status atau kedudukan yang lebih tinggi lebih menarik bagi anggota kelompoknya. Baik keberhasilan dalam mencapai tujuan maupun status yang tinggi dapat menimbulkan adanya rasa kebanggaan dan kepuasan di kalangan anggota kelompoknya.
12.4.  Penyelesaian Perbedaan
            Kohesivitas dari suatu kelompok tergantung pada kemampuannya untuk tetap menjaga adanya suatu interaksi yang efektif di antara para anggota. Jika terjadi perbedaan tentang suatu masalah penting yang terjadi dalam kelompok, maka diperlukan penyelesaian yang dapat memuaskan semua anggota. Perbedaan yang tidak terpecahkan, atau penyelesaian yang hanya memuaskan beberapa orang anggota saja akan mmenurunkan tingkat kohesivitas dari anggota kelompok dan dapat mengganggu pencapaian tujuan.
12.5.  Kecocokan Terhadap Norma-Norma
            Kecocokan terhadap norma-norma yang dianut oleh kelompok menyebabkan aggotanya lebih kohesif dengan beberapa alasan. Pertama, norma diterima sebagai alat untuk melindungi dan mempertahankan kelompok tersebut. Jika anggota kelompok melakukan sesuatu yang penting dengan cara yang berbeda, maka kecil kemungkinannya mereka tetap saling bersahabat dan kohesif, konflik dan perselisihan nampaknya akan muncul. Kesamaan terhadap norma dapat mempermudah pencapaian tujuan kelompok. Norma memberikan jalan yang lebih baik untuk mencapai tujuan kelompok dalam hal keamanan, interaksi sosial, kesenangan maupun pencapaian hasil.
12.6.  Daya Tarik Pribadi
            Kohesivitas atau kepaduan akan meningkat jika terdapat adanya daya tarik dari para anggota yaitu adanya kepercayaan timbal balik dan saling membarikan dukungan. Daya tarik pribadi juga dapat mengatasi hambatan dalam pencapaian tujuan, pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Anggota kelompok bisa memiliki karakteristik dan sifat yang sama bisa juga berbeda, maka kuncinya adalah mereka harus mampu untuk meredam perbedaan tersebut dan mengembangkan rasa senang dalam bekerja bersama.
12.7.  Persaingan Antarkelompok
            Persaingan antarkelompok yang terjadi dapat menyebabkan anggota kelompok lebih erat dan bersatu dalam melakukan aktivitasnya. Penerapan teknik desentralisasi dalam organisasi dapat meningkatkan keeratan dan kekompakan dari para anggota kelompok untuk bersaing dengan kelompok yang lain.
12.8.  Pengakuan dan Penghargaan
            Jika suatu kelompok berprestasi dengan baik kemudian mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari pimpinan, maka dapat meningkatkan kebanggaan dan kesetiaan dan anggota kelompok.

Friday, April 13, 2012

Kohesivitas Dalam Kelompok


Kohesivitas (Cohesiveness) ialah kelekatan dan saling ketertarikan di antara para anggota kelompok dan bersama sama bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Selain ketertarikan (attractiveness), dan kelekatan juga mengandung arti solidaritas, kekompakan, dan keakraban, sehingga para anggota kelompok menjadi lekat dan menjadi satu kesatuan. Kohesivitas ini ada hubungannya dengan berbagai variable dalam kelompok, yaitu dengan ukuran, kepuasan, waktu, keberhasilan, penderitaan, ancaman, kinerja, dan produktivitas.

Thursday, April 12, 2012

Struktur Kelompok


Struktur kelompok membentuk perilaku dari anggota dan memungkinkan dapat menjelaskan sebagian besar dari perilaku seseorang dalam kelompok demikian juga prestasi dari kelompok itu sendiri.
10.1.  Kepemimpinan Formal
             Pemimpin mempunyai peranan penting dan menentukan keberhasilan tugas kelompok. Seberapa jauh pinpinan formal tersebut mampu untuk mempengaruhi, mengarahkan dan mengendalikan bawahannya.
10.2.  Peran
             Peran merupakan pola perilaku yang diharapkan yang berhubungan dengan kedudukan seseorang di dalam suatu organisasi. Seseorang sering kali memiliki posisi lebih dari satu macam organisasi. Banyaknya peran yang dimiliki seseorang menyebabkannya harus mampu untuk merubah perilakunya sesuai dengan peran yang dimainkannya.
10.2.1. Konflik peran
  Adakalanya beberapa peran yang dimiliki seseorang terjadi adanya pertentangan sehingga menimbulkan adanya konflik peran. Misalnya, seseorang yang menjabat sebagai kepala subbagian yang juga menjabat sebagai ketua serikat pekerja merupakan dua peran yang sangat potensial menimbulkan adanya konflik peran. Konflik peran terjadi manakala adanya tuntutan dari karyawan misalnya tentang kenaikan upah, sementara dari atas yaitu manajer mendesak agar tuntutan kenaikan upah tersebut tidak usah dipenuhi karena kemampuan perusahaan yang tidak memungkinkan.
10.2.2. Identitas peran
              Identitas peran ialah sikap dan perilaku nyata seseorang yang konsisten dengan posisi yang sedang seharusnya dilakukan. Orang pada umumnnya memiliki kemampuan untuk menyesuaikan perannya dengan cepat ketika ia menyadari bahwa posisinya menuntut seperti itu. Misalnya seorang karyawan yang menjabat sebagai ketua serikat pekerja, kemudian ia dipromosikan sebagai kepala bagian maka akan ada perubahan sikap dari pro-karyawan menjadi pro-manajemen.
10.2.3. Persepsi peran
              Persepsi peran merupakan pandangan seseorang tentang bagaimana seharusnya ia bersikap dan berperilaku atas suatu posisi tertentu dalam organisasi. Banyaknya peran yang dimiliki seseorang, terjadinya konflik peran, identitas peran dan persepsi peran akan mempengaruhi perilaku dan prestasinya yang sekaligus juga akan berpengaruh terhadap prestasi kelompoknya.
10.2.4. Jenis-jenis peran
              Peran dibedakan menjadi dua jenis yaitu peran tugas dan peran pemeliharaan. Yang termasuk peran tugas adalah:
1.         Inisiating (berprasangka)
2.         Seeking information or opinion (mencari informasi atau pendapat)
3.         Giving information or opinion (member informasi atau pendapat)
4.         Clarifling and elaborating (menjelaskan dan mengelaborasi)
5.         Summarizing (membuat ringkasan)
6.         Consesus (menguji consensus)
Adapun yang termasuk peran pemeliharaan ialah.
1.         Harmonizing (membuat harmoni)
2.         Gatekeeping (penjagaan)
3.         Encouraging( mendorong)
4.         Compromizing (kompromi)
5.         Standard setting ( menetapkan standar )
10.3.  Norma
Norma ialah standar perilaku yang tertulis yang diterima bersama oleh para anggota kelompok, sebagai pedoman bagi para anggota kelompok mengenai apa yang harus di lakukan  dan apa yang tidak boleh di lakukan. Oleh sebab itu norma sangat berpengaruh terhadap perilaku.
Jika norma telah diterima oleh anggota kelompok, maka norma tersebut berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan mengendalikan perilaku anggotanya.

Wednesday, April 11, 2012

Fasilitasi Social dan Rintangan Social dalam Kelompok


Sinergi ialah kekuatan total yang lebih besar dibandingkan dengan penjumlahan dari masing-masing kekuatan yang timbul atas dasar kerjasama dari masing-masing kekuatan. Ini terjadi kedalam kelompok:
Sinergi dan social loafing tidak hanya mengenai bekerja sama mengangkat batu, tetapi dapat di lakukan didalam kerja sama social, kerjasama politik, kerjasama ekonomi, kerjasama militer, kerjasama orang-perorangan, antara organisasi-organisasi.
Social conformity ialah suatu bentuk rintangan social yang membentuk anggota  melakukan sesuatu yang tidak benar karena adanya pengaruh-pengaruh, yang tidak dapat dihindarkan.
Social loafing terjadi disebabkan oleh adanya orang-orang yang disebut free rider’ yaitu mereka yang tidak jujur (tidak fair) dalam menyumbangkan upayanya atau kinerjanya dalam kebersamaan kerja, padahal menerima penuh bagian dari keuntungan atau hasil kelompok, dari penelitian terungkapnya bahwa social loafing terjadi bilamana:
a.         Tugas dipandang  tidak penting atau sederhana.
b.         Anggota-anggota kelompok berpikir bahwa hasil perorangan tak dapat di idenfikasi.
c.         Anggota-anggota kelompok memandang bahwa teman lainya juga tidak sungguh-sungguh kerjanya.

Monday, April 9, 2012

Beberapa Dimensi Dinamika Kelompok


Di dalam kerja kelompok belum tentu hasil kerjanya produktif, juga belum tentu kurang produktif, bekerja dalam kelompok dapat menimbulkan terjadinya “sinergi’ (synergy), yaitu bertambahnya kekuatan yang melenihi jumlah kekuatan dari masing-masing anggota, dapat pula terjadi kemalasan social (social loafing), yaitu mengurangi kekuatan dari jumlah kekuatan masing-masing dari para anggota. Terjadinya sinergi ini disebabkan oleh fasilitas social (social facilitation). Dalam kelompok yang sudah dewasa dapat terjadi yang disebut groupthink. Yang di maksud dengan groupthink ialah suatu kelompok yang kohesivitasnya tinggi yang menyebabkan para anggota kehilangan kemampuan memberikan evaluasinya yang kritis terhadap keputusan yang diambil oleh kelompok. Para anggota mengikutti saja apa yang diputuskan, meskipun sebenarnya tidak realistis. Secara individual mereka menurut saja. Jadi keputusan ini sebenarnya bertentangan dengan keinginan individual para anggota, tetapi sudah merupakan keputusan bersama.
Groupthink terjadi tanpa disadari yang muncul sebagai emergent behavior demikian juga social loafing, juga bukan yang dituntut. Social loafing terjadi apabila hasil kerja kelompok tidak menunjukkan seperti penjumlahan kekuatan (hasil kerja) dari pada anggota anggota individual, melainkan kurang. Dicontohkan dengan angka, 2 + 2 mestinya ada 4, tetapi jika 2 + 2 = 4 ini berarti ada sinergi (ada  tambahan kekuatan), sebaliknya jika 2 + 2 =3 ini bearti ada social loafing (terjadi kekurangan kekuatan).Social loafing terjadi karena dalam kelompok itu ada anggota kelompok yang tidak memberikan sumbanga energinya sebagaimana mestinya seperti jika ia bekerja sendirian, yang dalam kerja bersama dalam kelompok hal ini tidak kelihatan.